Aku Mencintaimu Bahkan Setelah Maut Memisahkan
Seratus tahun lalu, di bawah rembulan purnama yang sama, janji terucap, dan dosa terukir.
Li Hua, seorang putri kerajaan yang pemberani, mencintai Wei Jun, seorang jenderal perang yang gagah berani. Cinta mereka, seindah SAKURA yang mekar di musim semi, terlarang. Wei Jun dituduh berkhianat, dihukum mati, dan Li Hua, dengan hati hancur, mengakhiri hidupnya di samping pohon sakura yang menjadi saksi bisu cinta mereka. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Li Hua berbisik, "Aku akan menemukanmu... bahkan setelah seratus tahun." Sebuah janji yang terikat oleh takdir.
Kini, seratus tahun kemudian, di hiruk pikuk kota Shanghai modern, Lin Mei, seorang mahasiswi seni yang ceria, terusik oleh mimpi-mimpi aneh. Mimpi tentang perang, tentang darah, tentang seorang pria dengan mata setajam elang. Suara lonceng angin berdentang lembut seolah memanggilnya.
Suatu hari, saat melukis di taman kota, Lin Mei bertemu dengan Jiang Yu, seorang pengusaha muda yang dingin dan misterius. Saat mata mereka bertemu, sebuah getaran aneh menjalar di seluruh tubuh Lin Mei. Seolah ia mengenal Jiang Yu sepanjang hidupnya, meskipun mereka baru pertama kali bertemu.
"Suaramu... Aku seperti pernah mendengarnya," bisik Jiang Yu, matanya menatap Lin Mei dengan intensitas yang membuat jantungnya berdebar kencang.
Sejak saat itu, takdir mulai memainkan perannya. Lin Mei dan Jiang Yu terikat dalam jaringan kejadian aneh. Bunga sakura tiba-tiba bermekaran di taman, meskipun bukan musimnya. Musik kuno terdengar samar-samar di tengah keramaian kota. Keduanya menemukan fragmen kenangan yang bukan milik mereka, potongan-potongan puzzle yang perlahan menyatu.
Melalui mimpi, melalui sentuhan, melalui debaran jantung yang tak terkendali, mereka mulai mengingat masa lalu. Li Hua dan Wei Jun. Cinta terlarang mereka, pengkhianatan, dan kematian tragis.
RAHASIA pahit terungkap: Wei Jun tidak bersalah. Ia dijebak oleh saudara Li Hua sendiri, yang menginginkan takhta dan Li Hua untuk dirinya sendiri. Li Hua dan Wei Jun menjadi korban konspirasi keji.
Lin Mei, reinkarnasi Li Hua, kini berdiri di hadapan Jiang Yu, reinkarnasi Wei Jun. Dendam membara dalam hatinya. Ia ingin membalas kematian Wei Jun, menghancurkan keturunan pengkhianat yang telah merenggut kebahagiaan mereka.
Namun, saat ia menatap mata Jiang Yu, ia melihat bukan hanya kemarahan, tapi juga kesedihan yang mendalam. Kesedihan seratus tahun.
Alih-alih membalas dendam dengan kemarahan, Lin Mei memilih keheningan. Ia memaafkan. Pengampunan yang terasa seperti pisau tajam menusuk jantung para pelaku kejahatan masa lalu. Pengampunan yang lebih menyakitkan daripada seribu pedang.
Ia tahu, membalas dendam hanya akan memperpanjang siklus kebencian. Ia memilih untuk mengakhiri rantai takdir yang mengikat mereka dalam penderitaan.
Di akhir cerita, Lin Mei dan Jiang Yu berdiri di bawah pohon sakura yang sama, di taman kota yang ramai. Bunga-bunga sakura berguguran, menutupi mereka seperti hujan merah muda.
"Aku... Aku mencintaimu..." bisik Jiang Yu, suaranya bergetar.
Lin Mei tersenyum lembut. Ia meletakkan tangannya di pipi Jiang Yu.
"Mungkin... di kehidupan selanjutnya..."
Suara lonceng angin berdentang... seperti janji dari kehidupan sebelumnya.
You Might Also Like: Reseller Kosmetik Fleksibel Kerja Dari
0 Comments: